Opini  

Mahasiswa Sultra di Jakarta Kritik Gubernur Sultra: Sibuk Urus Jembatan Muna-Buton, Lupa Masalah Rakyat Sultra

Mahasiswa Sultra di Jakarta Kritik Gubernur Sultra: Sibuk Urus Jembatan Muna-Buton, Lupa Masalah Rakyat Sultra

Sultra, – Mahasiswa Sulawesi Tenggara yang tengah menempuh pendidikan di Jakarta (Muh Hidayat)melayangkan kritik keras Terhadap Gubernur Sulawesi Tenggara karena dinilai tidak fokus menyelesaikan persoalan Mendesak masyarakat Sultra dan hanya sibuk mengurus proyek Jembatan Muna-Buton.

Salah satu perwakilan mahasiswa, Muh Hidayat, menilai bahwa Gubernur Sultra terlalu terfokus pada proyek Jembatan Muna-Buton, padahal masih banyak masalah mendesak yang dihadapi masyarakat Sultra seperti jalan rusak, mahalnya harga kebutuhan pokok, dan kemiskinan.

“Kami tidak menolak pembangunan Jembatan Muna-Buton, tetapi masyarakat Sulawesi Tenggara punya Banyak masalah yang lebih mendesak untuk diselesaikan lebih dulu. Gubernur jangan hanya sibuk mempromosikan jembatan, tapi lupa rakyat di desa-desa yang di mana masih kesulitan akses jalan, dan kebutuhan pokok mahal,” ucap Muh Hidayat, mahasiswa asal Sulawesi tenggara yang sedang Berkuliah di Jakarta .

Muh Hidayat Mengatakan bahwa masyarakat Sulawesi Tenggara membutuhkan langkah konkret dari pemerintah provinsi Sulawesi Tenggara untuk memperbaiki kualitas hidup rakyat Sulawesi Tenggara secara merata, bukan hanya proyek besar yang belum tentu dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Sulawesi Tenggara dalam waktu dekat.

“Jika Gubernur Sulawesi Tenggara Hanya Pokus Terhadap proyek besar, sementara rakyat Sultra masih kesulitan, Mulai dari akses Jalan dan dalam memenuhi kebutuhan pokok, ini akan menjadi ironis. Kami meminta Gubernur Sulawesi tenggara untuk kembali mendengar suara rakyat dan segera menuntaskan masalah rakyat kecil yang menderita dan sudah lama terabaikan ,” Tegas Muh Hidayat.

Mahasiswa Sultra di Jakarta juga berkomitmen akan terus mengawal kebijakan Gubernur Sulawesi Tenggara agar tetap memprioritaskan kepentingan rakyat dan tidak hanya terjebak pada proyek seremonial semata.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *